“Ya Allah.. Hamba ikhlas jika harus banting tulang, hamba mohon tolong berikan kesempatan berjuang hidup..”
Doa lirih itu keluar dari bibir seorang perempuan tangguh bernama Ibu Nurlela. Senja usianya jauh dari kata bahagia, namun hatinya tetap penuh rasa syukur kepada Pemilik Semesta. Sejak lama, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an menjadi penguat dalam hidupnya. Namun kini, bacaan indah itu berganti rintih kesakitan yang mengoyak tubuhnya.
Beberapa waktu lalu, Ibu Nurlela divonis menderita penyakit serius. Ada cairan yang mengendap di empedu dan berpotensi merusak fungsi tubuhnya, bahkan mengancam nyawa. Kondisinya kian hari kian melemah. Anak satu-satunya, Sipa, yang sejak ayahanda wafat menjadi tulang punggung keluarga, harus berjuang keras memenuhi kebutuhan rumah tangga sekaligus biaya pengobatan sang ibu.
Namun, puluhan juta rupiah yang harus disiapkan untuk operasi dan perawatan medis jelas mustahil mereka penuhi sendiri. Hasil dagangan seblak yang dijalani Sipa tak seberapa, bahkan sering tidak cukup untuk kebutuhan harian. BPJS yang dulu pernah aktif kini terhenti karena keterbatasan biaya. Semua cara telah ditempuh, namun tetap saja tak cukup untuk biaya medis yang terus membengkak.
Takdir getir datang bertubi-tubi menghampiri keluarga kecil ini. Setelah kepergian sang ayah, kini Sipa harus menelan pil pahit melihat sang ibu berjuang antara hidup dan mati. Hari-hari yang dulu penuh canda, kini berubah menjadi tangisan di balik kamar rumah sakit.
Puncak kesedihan terjadi saat Ibu Nurlela mendadak drop dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan adanya endapan keras yang sudah merusak fungsi empedu. Operasi darurat pun dilakukan. Namun, pasca operasi, kondisi beliau semakin kritis karena mengalami pendarahan hebat. Hingga kini, Ibu Nurlela masih harus ditopang mesin medis yang harus menyala 24 jam nonstop demi menjaga nyawanya.
Sipa, yang tak pernah menyerah, tetap berusaha mencari pertolongan. Dengan air mata dan doa, ia mengetuk pintu-pintu langit seraya berharap ada uluran tangan yang mampu menyelamatkan ibunda tercinta.
Di tengah situasi yang penuh duka ini, Allah menghadirkan jalan kebaikan melalui Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (LAZIS) RSIY PDHI Peduli. Dengan niat tulus membantu sesama, LAZIS RSIY PDHI Peduli menyalurkan bantuan bagi Ibu Nurlela, seorang pasien dhuafa yang sedang berjuang melawan penyakitnya.
Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh Rina Priastuti, SE, Staf Keuangan LAZIS RSIY PDHI Peduli, bertempat di kantor LAZIS RSIY PDHI Peduli. Bantuan ini merupakan amanah mulia dari para donatur yang telah menitipkan sebagian rezekinya melalui program RSIY PDHI Peduli Pasien Dhuafa.
Kebahagiaan dan rasa haru begitu terpancar dari wajah Ibu Nurlela saat menerima bantuan ini. Meski tubuhnya lemah, senyum syukur tetap terukir. Ia merasa Allah masih begitu sayang kepadanya, mengirimkan pertolongan di saat dirinya benar-benar tidak berdaya.
“Alhamdulillah, Syukran Wa Jazakumullah Khairan Katsiran. Semoga Allah Ta’ala memberikan keberkahan kepada Bapak Ibu Donatur dan keluarga, serta balasan dengan sebaik-baiknya balasan di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.”
Bantuan yang disalurkan bukan hanya menjadi penyelamat bagi kondisi medis Ibu Nurlela, tetapi juga menjadi penguat iman dan harapan bagi keluarga kecil ini. Bahwa di tengah keterbatasan, masih banyak hamba Allah yang peduli dan mau berbagi.
Kisah Ibu Nurlela adalah pengingat bagi kita semua, bahwa di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang berjuang di ujung kehidupan. Sakit, lemah, dan tak berdaya, namun tetap bertahan dengan penuh syukur. Di sinilah peran kita sebagai sesama umat manusia untuk saling membantu, menolong, dan meringankan beban mereka.